Jumat, 06 Juni 2014

Pengalaman bedasarkan pedagogi dan andragogi

Nah, sebelum masuk ke pengalaman pedagogi dan andragogi. Kita kenalan dulu yuk ama yang nama nya pedagogi dan andragogi , kan ada pepatah yang mengatakan, kalau ga kenal maka ga sayang, :p

Jadi,,
Menurut ibu Wikipedia,
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.
Adapun ciri ciri pedagogi itu adalah sebagai berikut :
  •          Pembelajar disebut “ siswa “ atau “anak didik”
  •          Gaya belajar dependen
  •          Tujuan ditentukan sebelum nya
  •          Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman atau kurang informasi
  •          Metode pelatihan pasif
  •          Guru mengontrol waktu dan kecepatan
  •          Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
  •         Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide ide dan contoh.
Sedangkan,
Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar.
Adapun ciri ciri andragogi itu adalah sebagai berikut :
  •          Gaya belajar independent
  •          Tujuan fleksibel
  •          Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
  •          Menggunakan metode pelatihan aktif
  •          Pembelajaran mempengaruhi waktu dan kecepatan
  •          Keterlibatan peserta sangat penting
  •          Belajar dan berpusat pada masalah kehidupan nyata
  •          Peserta dianggap sebagai sumber daya utama untuk ide ide dan contoh contoh.

Pengalaman pedagogi
Adapun pengalaman saya berdasarkan pedagogi adalah ketika waktu di sekolah dasar dulu. Tepat pada kelas 3 SD yang beralamat di Jln. Sisingamangaraja no.60 pematangsiantar. Pada saat itu saya masih berstatus siswa baru. Kok bisa??? Yah, memang sudah begitulah ada nya. Wkwk :D
Nah, sebagai siswa baru teman teman sudah pastilah tau, kita itu harus bersosialisasi dulu karna belum mengetahui situasi dan kondisi sekolah tersebut. Pada saat pertama kali masuk sekolah, kebetulan pelajaran matematika. Dan jujur, saya tidak terlalu menyukai pelajaran itu. Dan guru pun masuk membawa buku pelajaran matematika beserta Rol panjang dengan mimik wajah yang sedikit seram, rambut keriting, dan tatapan mata yang tajam, seketika kelas pun hening. Lalu Ia pun mengajar dengan serius kepada kami dan sesekali bertanya “ ada yang tidak di mengerti? “. Kami hanya terdiam, dan tidak ada satu orang pun yang menjawab pertanyaan tersebut. Ia pun menyuruh kami satu persatu maju kedepan mengerjakan soal.
Seketika kami pun panik, antara mengerti dan tidak mengerti apa yang sudah di ajarkan oleh beliau. fitri adalah orang yang pertama kali disuruh maju kedepan mengerjakan soal tersebut.
Kebetulan ia duduk tepat disamping ku,dan sebangku dengan ku. Tentu saja aku takut dan cemas. Aku pun membahas bahas soal dan membaca bolak balik buku supaya bisa mengerjakan soal ketika disuruh maju kedepan.
“ plaakk “ suara Rol melayang ke pundak fitri, kami hanya terdiam melihat fitri yang di pukul dan dimarahi oleh ibu tsbt.
“ kamu “ tunjuk ibu itu kepada ku yang dari tadi menunduk terdiam, lalu dia pun menyuruhku untuk melanjutkan soal yang dikerjakan oleh fitri. Untung saja aku sudah membahas soal tersebut, lalu aku pun mengerjakan nya. Walaupun ada yang salah namun ibu itu mengajarkan bagaimana cara nya, jalan nya serta kenapa hasil nya seperti itu. Meskipun dengan suara yang kuat , yang seketika bisa membuat detakan jantung 10 kali lipat dari biasa nya. Tapi, pada akhir nya kami pun mengerti.
Hal yang dapat di simpulkan dari pengalaman tersebut ialah bahwasan nya Guru itu sangat berperan aktif dalam pembelajaran peserta didiknya, mereka akan mencari berbagai metode agar siswa nya dapat mengerti dan memahami pelajaran tersebut. Walaupun terkadang cara dan metode nya membuat kita sedikit tertekan.
Dan kita juga bisa melihat bahwasan nya peseta didik nya masih kategori pasif, hanya dapat menerima pengajaran yang di berikan oleh guru.


Pengalaman Andragogi
Pengalaman andragogi lebih banyak saya terima ketika menyandang gelar mahasiswa. Walaupun terkadang di masa SMA kami juga menerima beberapa sistem pengajaran andaragogi. Dan bisa dikatakan itu sedikit menyenangkan. 
Fakultas psikologi universitas sumatera utara menjadi tempat dimana aku menuntut ilmu. Yaps!!! Keren dong pasti :P . dimana setiap orang ingin masuk ke fakultas itu dan hanya beberapa lah yang diterima, dan itu salah satu yang membuat aku bersyukur  bisa menjadi mahasiswa di fakultas psikologi usu. Eitsss!!! Jangan mengkhayal yang indah indah dulu yah, karna perjuangan tidak sampai disitu, sistem pengajaran nya pun tidaklah seperti masa SMA. Yang kebanyakan menggunakan sistem pedagogi. Pengajaran pada masa kuliah itu menggunakan sistem Andragogi. Dimana kita dituntut untuk belajar secara dewasa.
Nah, seperti pengalaman saya ketika memasuki mata kuliah bahasa indonesia pada semester satu. Dimana dosen masuk dan memberikan materi, tetapi banyak dari kami yang kadang tidak memperhatikan beliau, kadang kami asyik mengobrol di belakang, ada yang mengantuk dll.Tetapi Bapak tersebut tidak terlalu memperdulikan, sikap yang beliau perlihatkan seperti memberikan kebebasan kepada kami. Jika memang mau belajar yah belajar, jika tidak mau belajar, silahkan,. Dan ketika proses belajar sedang berlangsung, kami pun di beri kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, memberikan pendapat dll.
Kesimpulan yang kita dapat dari pengalaman diatas ialah bahwasan nya sistem pengajaran andragogi lebih menekankan kebebasan peserta didik nya untuk memilih dan mengembangkan apa yang layak dan mana yang tidak layak untuk di pelajari.

demikian lah pengalaman singkat yang dapat saya bagikan. thank you :)